FENOMENADAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21. “ FENOMENA DISRUPSI” (1) belajar tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan terstruktur namun belajar tanpa batas sesuai minat (continuum learning), (2) pola belajar menjadi lebih informal, (3) keterampilan belajar mandiri (self motivated learning) semakin berperan penting, dan (4
Guru abad 21 alias jaman now harus memiliki kemampuan khusus dan berbeda dengan guru jaman old. Di era globalisasi ini guru wajib beradaptasi dengan perubahan digital di semua sendi kehidupan. Siswa jaman now adalah siswa yang aktif, fleksibel, kreatif dan pokonya sangat berbeda dengan jaman dulu. Perubahan karakter masyarakat secara fundamental sebagaimana terjadi dalam abad 21 tentu berimplikasi terhadap karakteristik guru. Dalam pandangan progresif, perubahan karakteristik masyarakat perlu diikuti oleh transformasi kultur guru dalam proses pembelajaran. Jadi jika sekarang masyarakat telah berubah ke masyarakat digital, maka guru juga segera perlu mentransformasikan diri, baik secara teknik maupun sosio-kultural. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi, karakteristik guru seperti apa yang mampu mentransformasikan diri pada era digital pada abad 21 sekarang ini. Terdapat ungkapan bahwa, buku bisa digantikan dengan teknologi, tetapi peran guru tidak bisa digantikan, bahkan harus diperkuat. Pada era sekarang, abad 21, guru harus mampu memanfaatkan teknologi digital untuk mendesain pembelajaran yang kreatif. Kemampuan para guru untuk mendidik pada era pembelajaran digital perlu dipersiapkan dengan memperkuat pedagogi siber pada diri guru. Guru yang lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis Kompas, 9 April 2018, hal. 12. Menurut Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI Smart Learning Center, Richardus Eko Indrajit mengatakan, guru harus mulai dibiasakan untuk merasakan pembelajaran digital yang terus berkembang. Sebab, penggunaan teknologi dalam pembelajaran berguna untuk memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas. Buku bisa digantikan dengan teknologi. Konten pembelajaran sudah tersedia di internet. Namun, tetap ada peran guru yang tidak bisa digantikan. Di sinilah kita harus memperkuat guru sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk dapat memanfaatkan sumber belajar yang beragam. Oleh karena itu karakteristik guru dalam abad 21 antara lain Pertama, guru disamping sebagai fasilitator, jugaharus menjadi motivator dan inspirator. Lebih lanjut Eko Indrajit mengatakan, pada era sekarang, siswa sudah banyak mengetahui pembelajaran lewat internet terlebih dahulu, baru sekolah. Jangan sampai guru gagap menghadapi kondisi siswa yang lebih banyak tahu konten pembelajaran yang didapat dari internet. Oleh karena itu kemampuan guru sebagai fasilitator harus diperkuat. Guru dapat mengarahkan pembelajaran lebih banyak pada diskusi, memecahkan masalah, hingga melakukan proyek yang merangsang siswa berpikir kritis Kompas, 9 April, 2018, hal. 12. 10 Karakter Guru Abad 21 Kemampuan guru dalam posisi sebagai fasilitator, ini berarti harus mengubah cara berpikir bahwa guru adalah pusat teacher center menjadi siswa adalah pusat student center sebagaimana dituntut dalam kurikulum 13. Ini berarti guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi siswa, sehingga guru bukan serba tahu karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak dan tersebar, serta mudah diakses oleh siswa melalui jaringan internet yang terkoneksi pada gawai. Ini memang tidak mudah, karena berkait dengan transformasi kultural baik yang masih berkembang dalam guru maupun siswa itu sendiri, dan bahkan salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minat baca. Selama ini berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca di kalangan guru di Indonesia masih rendah, dan bahkan kurang memiliki motivasi membeli atau mengoleksi buku. Tingkat kepemilikan buku di kalangan guru di Indonesia masih rendah. Bahkan sering terdengar pemeo bahwa penambahan penghasilan melalui program sertifikasi guru, tidak untuk meningkatkan profesionalisme guru, tetapi hanya untuk gaya hidup konsumtif. Sudah sering terdengar bahwa, tambahan penghasilan gaji guru melalui program sertifikasi bukan untuk membeli buku, tetapi untuk kredit mobil. Karakteristik seperti itu, adalah tidak cocok bagi pengembangan profesionalisme guru pada abad 21. Oleh karena itu, guru harus terus meningkatkan minat baca dengan menambah koleksi buku. Setiap kali terdapat masalah pembelajaran, maka guru perlu menambah pengetahuan melalui bacaan buku, baik cetak maupun digital yang bisa diakses melalui internet. Tanpa minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini akan ketinggalan dengan pengetahuan siswanya, sehingga akan menurunkan kredibilitas atau kewibawaan guru. Hilangnya kewibawaan guru akan berdampak serius bukan saja pada menurunya kualitas pembelajaran, tetapi juga bagi kemajuan sebuah bangsa. Ketiga, guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis. Mempunyai minat baca tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harus memiliki keterampilan untuk menulis. Guru juga dituntut untuk bisa menuangkan gagasan- gagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah. Tanpa kemampuan menulis guru akan kesulitan dalam upaya meningkatkan kredibilitasnya di hadapan murid. Guru yang memiliki kompetensi dalam menulis gagasan, atau menulis buku dan karya almiah, maka akan semakin disegani oleh siswanya. Sebaliknya, jika guru tidak pernah menulis, maka akan semakin dilecehkan oleh siswa. Oleh karena itu, jika sudah memiliki kemampuan untuk menulis gagasan, maka ketika terlibat dalam era digital bukan saja sebagai konsumen pengetahuan, tetapi juga produsen pengetahuan. Dengan kata lain, guru dalam era informasi sekarang ini, ketika terlibat dalam internet, bukan sekadar mengunduh, tetapi juga mengunggah karya-karya tulisnya yang bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Keempat, guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis TIK. Penguasaan terhadap e-learning bagi seorang guru abad 21 adalah sebuah keniscayaan atau keharusan, jika ingin tetap dianggap berwibawa di hadapan murid. Guru yang kehilangan kewibawaan di mata siswa adalah sebuah bencana, bukan saja bagi guru itu sendiri tetapi bagi sebuah bangsa karena kunci kemajuan bangsa adalah guru. Oleh karena itu kompetensi mengajar berbasis TIK adalah mutlak bagi guru pada abad 21. Jadi seorang guru harus mampu menerapkan model pembelajaran misalnya yang menggunakan pola hibrida hybrid learning, karena proses pembelajaran dalam abad 21 tidak hanya secara konvensional dengan tatap muka di kelas, tetapi juga secara online melalui situs pembelajarannya. Jadi pembelajaran hibrida adalah sebuah pola pembelajaran yang mengombinasikan pertemuan tatap muka dengan pembelajaran berbasis online, teknologi hadir dalam proses belajar. Tujuan utamanya untuk keperluan memperluas kesempatan belajar, meningkatkan kualitas proses belajar, menumbuhkan kesempatan yang sama antarpeserta didik, dan berbagai kemungkinan lainnya. Melalui pola pembelajaran hibrida yang memanfaatkan perangkat komputer atau pun smartphone yang terkoneksi pada jaringan internet memberikan peluang seluas-luasnya bagi guru dan siswa untuk melakukan aktivitas belajar sambil melakukan aktivitas lain, termasuk rekreatif secara bersama-sama. Atau inilah yang disebut pembelajaran multitasking. Kehadiran e-learning guru abad 21 juga dituntut untuk kreatif dan inonvatif dalam memanfaatkan media baru new media untuk pembelajaran berbasis web. Oleh karena itu guru perlu mempunyai kompetensi untuk menerapkan mutltimedia. Kalau toh tidak membuat aplikasi sendiri, tetapi setidaknya bisa memanfaatkan dan menerapkan multimedia bagi pembelajaran. Demikian pula dengan gamifiication atau pembelajaran berbasis pada permainan yang sekarang semakin diminati oleh siswa, adalah peluang yang perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berbagai bidang studi yang selama ini dirasa sulit oleh siswa, seperti matematika, fisika, dan kimia misalnya, terbukti dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan melalui kreasi pembelajaran berbasis permainan. Dengan demikian, guru abad 21 juga perlu memiliki kemampuan perancangan pembelajaran berbasis permainan, sehingga proses belajar menjadi mudah dan menyenangkan, sekalipun itu pada bidang studi yang selama ini dianggap rumit dan membosankan. Kelima, karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan transformasi kultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Atau paling tidak mengalami penyesuaian terhadap kehadiran yang baru. Jika dipandang dari perspektif kritis, konsep transformasi seperti itu segera akan mengundang kecurigaan bahwa konsep transformasi mau tidak mau akan berbau positivistik. Ketika asumsi linearistik yang menjadi karakter utama positivistik, pastilah mengandaikan bahwa yang lama akan dipandang sebagai sesuatu yang tertinggal, atau paling tidak sedikit muatan kemajuannya Wahyono, 2011. Selanjutnya Wahyono menjelaskan bahwa ketika transformasi digunakan untuk menjelaskan konsep transformasi budaya, maka mengandaikan terjadinya proses alih ubah nilai, sikap, dan praksis dalam aktivitas kebudayaan. Setidaknya terdapat proses penyesuaian dari nilai, sikap, dan praksis budaya lama menuju budaya baru. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggunakan konstruksi budaya berbasis pada nilai budaya Barat, maka mau tidak mau nilai budaya lama masyarakat pengadopsinya harus melakukan penyesuaian-penyesuaian. Salah satu nilai yang imperatif dituntut oleh ilmu pengetahuan dan teknologi adalah apresiasi tinggi terhadap logika kausalitas, akurasi, presisi, detail, dan terukur. Di samping itu tentu saja penghargaan terhadap prinsip kejujuran, disiplin, dan kerja keras yang merupakan etos masyarakat Barat dan negara maju lainnya di kawasan Asia. Oleh karena itu tesis yang ditawarkan adalah, jika masyarakat, taruhlah yang masih mengikuti prinsip tradisionalisme, ingin menjadi masyarakat modern berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu melakukan transformasi kultural. Transformasi di sini mengandaikan terjadinya proses alih ubah nilai, sikap, dan praksis lama menuju yang baru. Transformasi kultural, bila diterapkan dalam kaitannya dengan perkembangan model pembelajaran hibrida, maka konsep transformasi kultural tentu mengandaikan proses alih ubah dari nilai tradisional ke nilai pembelajaran modern. Secara umum sudah berkembang persepsi bahwa model pembelajaran yang lebih lazim digunakan adalah berat pada karakter berorientasi pada guru teacher center daripada berorientasi pada peserta didik student center. Oleh karena pembelajaran online masuk kategori belajar berbasis media baru new media maka mengedepankan egalitarianism, kesetaraan, emansipatif, dan partisipatif dalam proses komunikasinya, maka student-center lebih sesuai dengan prinsip pembelajaran online. Dengan demikian diperlukan adanya transformasi kultural dari model pembelajaran yang berprinsip searah, top-down, dan memposisikan peserta didik sebagai pihak pasif, ke arah model pembelajaran konstruktivistik yang berorientasi pada peserta didik. Pandangan bahwa guru adalah sumber pengetahuan dan rujukan utama pengetahuan, perlu diubah ke arah pandangan bahwa sumber pengetahuan bersifat menyebar. Semua pada prinsipnya dapat menjadi sumber rujukan, tidak terkecuali peserta didik. Atau setidaknya murid adalah pihak yang aktif mengkonstruksi dan memaknai pesan. Begitulah, guru dalam pembelajaran abad 21 dituntut mengenali dan menguasai pembelajaran berbasis TIK. Jenjang kompetensi TIK yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pengajar atau guru untuk menerapkan model e-learning meliputi lima tahapan. Upaya dini yang harus dilakukan oleh pegelola sekolah adalah menyiapkan SDM guru yang melek TIK ICT literate. Ciri-ciri utama seorang guru yang melek TIK ialah guru yang menggunakan TIK secara tepat, berdasarkan kebutuhan belajar, kompetensi, karakteristik isi atau mata ajar, ketersediaan sarana. Selanjutnya ia mampu mensinergikan kompetensi ini dalam penyajian di kelas konvensional, yaitu bersama dengan peserta didik menggunakan TIK untuk proses belajar dan mengajar. Adapun guru yang mahir meggunakan TIK dapat menjadi guru TIK, yaitu menularkan perilaku positif dan mengintegrasikannya dalam materi ajar TIK serta menumbuhkan kesadaran dalam berinternet sehat, misalnya ia dapat menjelaskan bagaimana mengakses jejaring sosial sekaligus memanfaatkannya untuk diskusi suatu mata ajar tertentu Salma, 2016 4. Oleh karena itu, setelah guru memiliki karakteristik yang sesuai dengan tuntutan abad 21 yang serba digital, maka seorang guru juga perlu mempunyai kompetensi di bidang perancangan atau desainer pembelajaran. Disainer pembelajaran menjadi sosok yang harus lebih banyak berperan dalam menyelenggarakan e-learning. Desainer pembelajaran adalah ahli yang terbuka dan dinamis, mampu memecahkan masalah di tingkat trouble shooting, di depan monitor, atau hingga menjadi problem solver dalam tatanan menciptakan proses belajar maya yang “hidup”, interaktif, dan manusiawi Salma, 2016 5. Sumber Modul PPG Daljab
KETERAMPILANGURU ABAD 21 DALAM VARIABEL PENGUASAAN MEDIA AUDIO VISUAL. Kompetensi Guru Abad 21 Sebagai Tuntutan Generasi Z. Contoh Instrumen Supervisi Silabus dan RPP oleh Pengawas Sekolah yang Mengintegrasikan Kecakapan Abad 21 (Karakter, 4 C dan Literasi) - Dokumen Berkas Edukasi.
Lagi Rame! Pentingnya Izin Perpanjangan Izin Pemakaman Aturan dan Mahalnya Biaya Pemakaman di Jerman Denver Nuggets Juara NBA 2023! Study Tour, Bagian Kurikulum? Study Tour, antara Manfaat dan Kendala Wisata yang Cocok untuk Study Tour Pendidikan 10 Agustus 2021 1046 Diperbarui 10 Agustus 2021 1047 1314 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan. Sumber ilustrasi PEXELS/McElspeth Abad 21 ditandai dengan datangnya era media digital age yang sangat berpengaruh pada perubahan karakteristik peserta didik dan pengelolaan 21 sangat membutuhkan profil guru yang efektif, profesional dan memesona yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan abad 21. Pembelajaran abad 21 harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dan pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada anak. Guru sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan pemimpin dalam proses artinya kewenangan dan kecakapan/ kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan jabatan yang diembannya. Adapun kompetensi guru yang harus dimiliki adalah Kompetensi Pedagogik kemampuan guru dalam pemahaman terhadap peserta didik mengelola pembelajaran merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Kompetensi inti pedagogik meliputi a Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran, b menguasai karakteristik peserta didik yang meliputi aspek yaitu, fisik, moral, sosial, emosional, ,kultural dan intelektual, c mengembangkan kurikulum , memanfaatkan teknologi informasi, d menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, e memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, f berkomunikasi secara efektif dan empati serta santu terhadap peserta didik, g melaksanakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, h menggunakan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, i melaksanakan tindakan kepribadian pribadi yang mencerminkan kepribadian yang mantap, dewasa, stabil, arif , berwibawa selalu memesona di hadapan peserta didik, humoris namun tegas, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian meliputi a bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan budaya, b menampilkan pribadi yang jujur, teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia, c menunjukkan sebagai pribadi yang arif, stabil, mantap, berwibawa dan memesona, d menjunjung tinggi kode etik sosial kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk bergaul dan berkomunikasi efektif dengan peserta didik, orang tua peserta didik, tenaga kependidikan , sesama pendidik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini meliputi a tidak bersikap diskriminatif, bersikap inklusif, dan obyektif, b berkomunikasi secara efektif, santun dan empati dengan peserta didik, orang tua, teman sejawat tenaga pendidikan dan masyarakat, c beradaptasi dengan lingkungan Profesional kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran yang luas dan mendalam isi materi pembelajaran, keilmuan materi dalam kurikulum, menambah wawasan keilmuan . Meliputi a penguaasaan materi , struktur, konsep dan pola pikir keilmuan, b penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar, c mengembangkan materi pembelajaran dengan kreatif, d memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, e mengembangkan keprofesionalannya dengan berkelanjutan. Kompetensi guru yang sudah dirumuskan oleh pemerintah yang meliputi keempat kompetensi yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional perlu dikontekstualisasikan dan dilakukan penyesuaian supaya mampu mempersiapkan dan memprediksi kebutuhan belajar peserta didik dan masyarakat abad membaca artikel pendek ini, diharapkan anda khususnya para guru dapat mengukur sejauh mana anda memenuhi profesi guru yang efektif, kompeten dan BERMANFAAT Lihat Pendidikan Selengkapnya
GuruAbad 21 › Kompetensi. Berikut Adalah Kompetensi Guru Abad 21 Al Azzami. Wednesday, December 2, Secara umum kompetensi inti pedagogi meliputi; (a) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c
0% found this document useful 0 votes445 views42 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes445 views42 pagesKarakteristik Guru Abad 21 KEGIATAN BELAJAR 1 Karakteristik Guru dan Siswa Abad 21 Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, ibu bapak diharapkan dapat menjelaskan pembelajaran abad 21, karakteristik guru abad 21, dan karakteristik siswa abad 21. Pokok-Pokok Materi A. Pembelajaran Abad 21 B. Karakteristik guru abad 21 C. Karakteristik siswa abad 21 Uraian Materi A. Pembelajaran Abad 21 Dalam pandangan paradigma positivistik masyarakat berkembang secara linier seiring dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri yang ditopang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara berturut-turut masyarakat berkembang dari masyarakat primitif, masyarakat agraris, masyarakat industri, dan kemudian pada perkembangan lanjut menjadi masyarakat informasi. Situasi abad 21 sering kali diidentikan dengan masyarakat informasi tersebut, yang ditandai oleh munculnya fenomena masyarakat digital. Meneruskan perkembangan masyarakat industri generasi pertama, sekarang ini, abad 21 dan masa mendatang, muncul apa yang disebut sebagai revolusi industri Istilah industri pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair 2011 yang ditandai revolusi digital. Revolusi industri gelombang keempat, yang juga disebut industri kini telah tiba. Industry adalah tren terbaru teknologi yang sedemikian rupa canggihnya, yang berpengaruh besar terhadap proses produksi pada sektor manufaktur. Teknologi canggih tersebut termasuk kecerdasan buatan artificial intelligent, perdagangan elektronik, data raksasa, teknologi finansial, ekonomi berbagi, hingga penggunaan robot. Bob Gordon dari Universitas Northwestern, seperti dikutip Paul Krugman 2013, mencatat, sebelumnya telah terjadi tiga revolusi industri. Pertama, ditemukannya mesin uap dan kereta api 1750-1830. Kedua, penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak 1870-1900. Ketiga, penemuan komputer, internet, dan telepon genggam 1960-sampai sekarang. Versi lain menyatakan, revolusi ketiga dimulai pada 1969 melalui kemunculan teknologi informasi dan komunikasi, serta mesin otomasi dikutip dari A. Tony Prasentiantono, Kompas 10 April 2018, hal. 1. Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat global, juga berkembang sebagaimana alur linieristik tersebut, setidaknya dari sudut pandang pemerintah sejak era Orde Baru. Akan tetapi pada kenyataannya kondisi masyarakat Indonesia tidak sama dengan perkembangan pada masyarakat Barat yang pernah mengalami era pencerahan dan masyarakat industri. Perkembangan masyarakat Indonesia faktanya tidak secara linier, tetapi lebih berlangsung secara pararel. Artinya, ada masyarakat yang hingga fase perkembangannya sekarang masih menunjukkan masyarakat primitif, ada yang masih agraris, ada yang sudah menunjukkan karakter sebagai masyarakat industrial, dan bahkan ada yang memang sudah masuk dalam era digital. Semuanya kategori karakter masyarakat tersebut faktanya berkembang tidak secara linier, tetapi berlangsung secara pararel. Oleh karena itu, meskipun era digital sudah begitu marak yang ditandai oleh makin luasnya jangkauan internet; namun demikian ada juga masyarakat yang masih belum terjangkau internet, dan bahkan masih berupa wilayah blank spot. Kondisi seperti itu juga berimplikasi terhadap perkembangan pelayanan pendidikan, sehingga juga berkonsekuensi terhadap karaktiristik guru dan siswanya, meskipun sudah berada dalam abad 21. Sekolah, guru, dan siswa di daerah perkotaan memang sudah terkoneksi jaringan internet, tetapi untuk daerah pedesaan masih ada juga yang belum terambah oleh fasilitas internet, dan bahkan ada pula wilayah yang sama sekali belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi. Akan tetapi pada abad 21 sekarang ini masyarakat Indonesia memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan era digital. Karena itu apa pun harus menyesuaikan dengan kehadiran era baru berbasis digital, sehingga bagaimana menjadi bagian dari era digital sekarang ini dengan memanfaatkan teknologi digital dan berjejaring ini secara produktif. Menurut Manuel Castell kemunculan masyarakat informasional itu ditandai dengan lima karateristik dasar Pertama, ada teknologi-teknologi yang bertindak berdasarkan informasi. Kedua, karena informasi adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia, teknologi-teknologi itu mempunyai efek yang meresap. Ketiga, semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh logika jaringan’ yang memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas luas proses-proses dan organisasi-organisasi. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat fleksibel, memungkinkan mereka beradaptasi dan berubah secara terus-menerus. Akhirnya, teknologi-teknologi spesifik yang diasosiasikan dengan informasi sedang bergabung menjadi suatu sistem yang sangat terintegrasi dalam Ritzer, 2012 969. Menurut Castell sebenarnya sudah sejak dekade 1980-an muncul apa yang ia sebut sebagai ekonomi informasional global baru yang semakin menguntungkan. “Ia informasional karena produktivitas dan daya saing unit-unit atau agen-agen di dalam ekonomi ini entah itu firma-firma, region-region, atau wilayah-wilayah yang tergantung secara fundamental pada kapsitas mereka untuk menghasilkan, memproses, dan menerapkan secara efisien informasi berbasis pengetahuan Castell, 1996 66. Ia global karena ia mempunyai “kapasitas untuk bekerja sebaga i suatu unit di dalam waktu nyata pada suatu skala planeter” Castell, 1996 92. Hal itu dimungkinkan untuk pertama kalinya oleh kehadiran teknologi informasi dan komunikasi yang baru. Meneruskan konsep ruang mengalir itu, kemudian Scott Lash menganalisis kemunculan masyarakat informasional itu secara lebih mendalam, detail, dan canggih. Sama seperti Castells, Lash setuju dengan kemunculan dunia baru, yaitu masyarakat informasional yang meskipun merupakan kelanjutan dari kapitalisme lama, tetapi memiliki berbagai karakter yang berbeda. Dengan pendekatan kritis, Lash menganalisis kapitalisme informasional dengan berusaha memperluasnya
peranguru abad 21 Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be
TantanganGurusiana Tantangan hari ke-47 Unlimited Studying. Kata populernya “Belajar Sepanjang Hayat”. Guru abad 21 Tidak ada kata lelah untuk belajar. Jangan merasa puas dengan ilmu yang dimiliki! Hauslah akan ilmu pengetahuan! Yang bisa dilakukan sebagai berikut. Program pengembangan keprofesian berkelanjutan PKB, laksanakan dengan baik! Gunakan internet untuk berselancar menambah pengetahuan! Miliki dan simpanlah buku digital e-book di smartphone! Sehingga dimanapun berada bisa membacanya. Datanglah ke perpustakaan! Jadikan perpustakaan sebagai restoran ilmu pengetahuan! Tiada hari tanpa membaca. Ingatlah! Dalam Islam sudah jelas, kita disuruh membaca, Iqra’ ayat pertama QS. Al-Alaq. Dana 5% dari uang sertifikasi guru, belanjakan untuk membeli buku! Buatlah program “SaBuDuBuTe” Satu bulan dua buku terbeli! Dan yang terpenting, bacalah Al-Qur’an dan hadis sebagai pusat dari segala ilmu pengetahuan! Kajilah ia sebagai penyeimbang dari semua ilmu pengetahuan yang ada! Student Centered. Proses belajar mengajar PBM berpusat pada peserta didik. Guru abad 21 hanya sebagai fasilitator. Peserta didik aktif dalam pembelajaran. Aktifnya tersebut dalam bingkai kolaborasi dan komunikasi dengan teman-temannya. Hal ini bisa tercapai jika peserta didik “Merdeka Belajar”. Mereka diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam belajar, benar-benar mandiri. Bahkan, guru harus sering bertanya, apa yang mereka mau dalam belajar. Peserta didik mencari dan membahas materi dengan teman-temannya. Guru mendampingi, menemani, dan menjawab jika ada yang bertanya. Namun, guru tidak melepas begitu saja. Di akhir pembelajaran, melaksanakan penguatan. Kemudian, mengevaluasi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Creative and Innovative. Guru abad 21 tidak boleh berpangku tangan dalam hal sumber belajar. Mereka menggunakan banyak sumber. Supaya pembelajaran menjadi lebih menarik dan bervariasi. Benda-benda disekitar bisa menjadi sumber belajar. Ingat! Ada niat dan kemauan, pasti ada jalan. Ketika PBM, berganti-gantilah sumber belajar sesuai dengan materi! Manfaatkan sumber belajar di sekolah semaksimal mungkin, berinovasilah! Khususnya model pembelajaran. Tak selamanya menggunakan model pembelajaran yang sudah dan umum dipakai. Lebih bagus jika menggunakan model pembelajaran buatan sendiri. Laksanakan ATM Amati, Tiru, Modifikasi! Maksudnya bahwa model pembelajaran yang sudah ada diinovasi. Sehingga menghasilkan model pembelajaran baru. Berkreatiflah! Gunakan media pembelajaran hasil pemikiran sendiri. Barang-barang bekas di sekolah dan rumah bisa jadi media pembelajaran. Tidak usah mahal. Murahpun tidak apa-apa. Yang penting bisa menjadi media pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar. Blended Learning. Dalam pembelajaran, guru abad 21 mengkombinasikan antara manual dan digital. Jika manual terus, berarti tidak “move on” dari abad sebelumnya. Namun, jika digital semua tanpa manual, tidak bagus juga. Karena PBM abad 21 masih memerlukan pembelajaran manual. Artinya, pembelajaran manual dan digital sama-sama dilaksanakan. Untuk digital, berupa media pembelajaran berbasis IT. Seperti CD interaktif pelajaran berupa audio dan video. Guru abad 21 tidak asing dengan media pembelajaran digital. Bahkan, sangat “Friendly”. Selain digital, guru abad 21 mahir pembelajaran online. Mereka tidak alergi dengannya. Atau bisa juga dikenal dengan media daring dalam jaringan. Salah satunya yaitu pemanfaatan google classroom. Untuk penilaian, bisa menggunakan aplikasi “Kahot”. Untuk pengoreksian LJK menggunakan “Zipgrade”. Semua media online pembelajaran bukan barang aneh lagi. Namun, sudah menjadi sesuatu yang biasa. Itulah guru abad 21. Collaborative. Guru abad 21 mampu berkolaborasi dengan peserta didik, guru sejawat, KKG/MGMP, dan orang tua peserta didik. Dalam rangka merdeka belajar, guru abad 21 berdiskusi dengan peserta didik mengenai model pembelajaran yang diinginkan. Bukan hanya itu, dengan kolaborasi, peserta didik menjadi guru di kelas Everyone is a teacher here. Guru menemani dan memfasilitasi. Berikutnya, kolaborasi dengan teman sejawat, misalnya dalam penelitian tindakan kelas PTK. Bisa juga dalam bentuk evaluasi diri. Sejauh mana kemampuan mengelola kelas dalam PBM. Kolaborasi dengan KKG/MGMP dalam bentuk belajar bersama pengembangan keprofesian, berbagi pengetahuan, diklat, workshop, dan diseminasi. Terakhir, kolaborasi dengan orang tua, misalnya dalam bentuk sosialisasi peraturan sekolah. Tujuannnya penyamaan persepsi antara sekolah dan orang tua. Reflective. Guru abad 21 sering merefleksikan diri tentang tugas mendidik dan mengajar. Mereka mengkaji diri. Misalnya, model pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Apakah sesuai dengan karakteristik peserta didik. Berhasil atau tidak PBM dengan model itu. Apakah yang harus direvisi dari model pembelajaran tersebut. Hal ini menjadi karakteristik guru abad 21. Supaya dalam mengajar menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang memuaskan. Mereka tidak akan tinggal diam terhadap model pembelajaran yang dilaksanakan. Karena mereka tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban mendidik dan mengajar. Namun, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan inovatif PAKEMI. Dengan tujuan akhir, peserta didik yang berkualitas yang imbang antara IMTAQ dan IPTEK. Differentiation. Guru abad 21 mengelola kelas yang berbeda dengan abad sebelumnya . Sehingga peserta didik termotivasi dan tertarik untuk mengikuti PBM. Yang dikelola seperti tempat duduk. Yaitu bukan tempat duduk abad 19, tetapi abad 21. Selain itu, memajang hasil karya peserta didik di dinding kelas. Pojok baca yang menarik. Sehingga tertarik untuk didatangi. Tembok dihias dengan indah dan menyenangkan. Sirkulasi udara yang cukup. Seperangkat pengeras suara terpasang dengan baik. Seperangkat LCD permanen terdapat di kelas. Lukisan di tembok enak dipandang. Meja peserta didik ditata laksana meja pertemuan di hotel. Loker untuk peserta didik terdapat di paling belakang. Tempat sampah unik dan cantik. Rak sandal dan sepatu terdapat di pojok depan kanan. Kebersihan terjaga dengan baik. Tidak ada satupun sampah di kelas. Peraturan yang tegas dan mendidik menjadi kesepakatan bersama. Yang melanggar akan mendapat punishment mendidik. Yang paling taat dalam melaksanakan peraturan, mendapat reward. Dalam penilaian, guru abad 21 melaksanakan “Formative assessment” Penilaian secara berkala berdasarkan performa. Jadi, bukan hanya tes tulis. Terakhir, Peserta didik dikelompokkan sesuai minat dan kemampuan di kelas.
TPACKKompetensi Guru Abad 21. Kompetensi Guru Abad 21 tidak cukup mengetahui keterampilan atau pengetahuan bagaimana menggunakan materi yang tepat untuk mengajarkan materi atau Pedagogic Content Knowledge (PCK). Selain melihat karakteristik materi, juga melihat karakteristik peserta didik. Agar Materi yang disampaikan dengan metode
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Terlepas dari perdebatan tentang kurikulum 2013 dan kebutuhan belajar yang diperlukan pada abad ke-21, peranan guru tetap diharapkan menjadi ujung tombak dalam pendidikan, terutama di sekolah. Guru abad ke-21 yang efektif memerlukan kemahiran dalam menilai penggunaan teknologi yang edukatif dan non edukatif. Guru hendaknya terus-menerus mengevaluasi kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk bersaing dalam ekonomi global. Tapi karakteristik atau keterampilan apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru abad ke-21 yang efektif ? Apa kualitas dari seorang guru abad ke-21 yang efektif ? Kita mungkin pernah mendengar bahwa seorang pendidik abad ke-21 yang efektif harus menjadi "panduan di samping”, tidak "bijak di atas panggung” bagi siswanya. Guru abad ke-21 harus menjadi pembelajar seumur hidup dan harus bersedia untuk belajar tidak hanya dari rekan-rekan mereka tetapi dari siswa mereka juga. Berikut ini adalah lima karakteristik guru abad ke-21yang efektif yang banyak ditulis ulang. Saya tuliskan tema-tema pokoknya saja menurut interpretasi dan “bahasa” saya. Inilah lima karakteristik itu. 1 . Mengantisipasi Masa Depan "Guru yang baik abad ke-21 merupakan salah seorang yang sadar akan tren teknologi yang cepat berubah selaras dengan arah ekonomi, proyeksi masa depan yang dibutuhkan bisnis dan industri; sadar akan peluang karir bagi anak-anak di tahun-tahun mendatang dan semua keterampilan pendidikan yang diperlukan dan bakat yang diperlukan untuk memungkinkan anak-anak untuk memposisikan diri untuk bersaing. Guru yang baik abad ke-21 selalu mendorong untuk memastikan bahwa siswa mereka tidak tertinggal di belakang kemajuan. Terakhir, guru baik abad ke-21 bukan guru dalam ruang hampa, mereka progresif dalam mendorong perubahan sistemik melalui kurikulum, anggaran, dan bijaksana , pengawasan strategis pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa persiapan anak-anak saat ini selalu terfokus mempersiapkan mereka untuk dunia di mana mereka akan tinggal dan bekerja - bukan dunia saat ini di mana para guru harus menavigasi dan diam ." - Amy Baldridge, secondary curriculum supervisor, Xenia Community Schools 1391669856369313001 Amy Baldridge abad ke-21 harus menjadi pemikir yang encer, siap untuk melihat situasi dengan segar dan kreatif . Dia harus melampaui secara jelas untuk melihat pola yang mendasari dan isu-isu inti dari suatu keadaan tertentu. Dan - yang paling penting - pemahaman tentang teori chaos sangat penting Kupu-kupu mengepakkan sayapnya dan 3000 mil jauhnya cuaca berubah" - Donn K. Harris, executive director, artistic director, Oakland School for the Arts, Oakland, Calif. 13916700021252037911 Donn K. Harris "Pendidik masa kini memiliki tugas berat mempersiapkan siswa untuk masa depan global di abad ke-21. Ketika kita mulai tertinggal di belakang negara-negara lain di bidang matematika, ilmu pengetahuan, rekayasa dan teknologi, kita perlu mendidik diri kita sendiri dan menyampaikan informasi ini kepada siswa kita. Pendidikan STEM Science, Technology, Engineering and Mathematics diperlukan di semua kelas di semua sekolah agar tetap kompetitif dalam masyarakat global sekarang. Tantangan pertama bagi guru adalah untuk menarik siswa menuju pendidikan STEM, dan yang kedua adalah untuk menjaga agar mereka tertarik. Penekanan pada ilmu pengetahuan harus sama-sama pentingnya dengan membaca dan matematika . Kita, sebagai bangsa , sudah jatuh di belakang negara-negara dunia lainnya . Siswa saat ini adalah masa depan kita dan masa depan kita tergantung pada keberhasilan mereka." - Bonnie Bahr, kindergarten teacher, Baltimore County Public Schools, Baltimore, Md. 1391670077881804251 Bonnie Bahr . Pembelajar Seumur Hidup 13916705121233034837 "Saya telah menemukan bahwa tidak hanya untuk guru, tetapi siapa pun yang terlibat dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas mereka , apakah itu di bidang manufaktur , penjualan dan pemasaran , ilmu pengetahuan dan penelitian , atau pendidikan , kualitas yang paling penting adalah untuk menjadi fleksibel , hidup - pembelajar seumur , bersedia menerima dan merangkul perubahan , bersedia untuk membuat kesalahan dan salah dengan peringatan bahwa dari kesalahan perbaikan yang dibuat dan keterampilan baru yang dipelajari , dan untuk menjaga fokus pada proses dan hasilnya, daripada alat . Setelah semua, ketika hari berakhir , teknologi hanya alat untuk meningkatkan kualitas hidup kita , ketika mereka gagal melakukan itu , saatnya untuk menciptakan alat-alat baru " - Chuck Dinsfriend, MBA, CTO mentor, director of Information Technology Services, Woodburn School District 1391670195631474831 Chuck Dinsfriend A great ... pendidik akan merangkul tidak hanya teknologi, tetapi bersedia untuk belajar dari rekan-rekan dan mahasiswa ." - David Brandvold 13916703181017721293 David Brandvold percaya bahwa pendidik yang baik abad ke-21 harus mampu mengajukan pertanyaan terbuka kepada siswa tanpa harus mengetahui satu jawaban yang tepat. Pendidik ini mendorong siswa agar mereka menjadi kapten dari pembelajaran mereka sendiri. Belajar menjadi terarah dan bermakna bagi siswa karena mereka bekerja melalui kegiatan dunia nyata." - Jonna Wallis, 6-12 Language Arts academic coach, Professional Development Center, Scottsdale, Ariz. 3 . Memupuk Hubungan Teman Sejawat 1391670551414666910 "Di era berbasis teknologi ini, lebih penting daripada itu bahwa kita membina hubungan dengan dan antar siswa kita. Kita harus menjadi model sopan santun, kita menjadi model berkomunikasi, dan kita harus menjadi model rasa hormat dan kerjasama - siswa kita membutuhkan kita untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana memperlakukan satu sama lain . Mereka mungkin memiliki 500 teman di Facebook, tapi apakah mereka tahu bagaimana menjadi teman? Teknologi dapat mendorong isolasi karenanya keterampilan hubungan antarpribadi itu harus diajarkan di kelas kita agar siswa kita bisa melanjutkan untuk menjadi efektif di tempat kerja dan dalam hidup mereka . Membantu siswa belajar pelajaran kehidupan menjadi semakin lebih penting -hubungan interpersonal, membiarkan siswa tahu bahwa guru benar-benar peduli untuk mereka dan akan membantu siswa menjadi lebih sukses dalam hidupnya." - Julia C. Bernath, District 7 board member, Fulton County Board of Education 13916703912136975854 Julia C. Bernath . Mampu Mengajar dan Menilai Semua Tingkat Pelajar 13916706111097086293 "Pendidik abad ke-21 harus menjadi 'Pemimpin Situasional .’ Mereka harus menilai setiap siswa yang mereka ajarkan terhadap 'Kemampuan Belajar ' dan ' Komitmen untuk Belajar. "Mereka harus bekerja untuk membawa semua siswa sampai ke tingkat di mana pedagogi pembelajaran digantikan oleh andragogi atau gaya pembelajaran orang dewasa, dimana siswa memiliki pendapat dalam pembelajaran mereka sendiri." - Gerald Morris, adjunct instructor, Spring Arbor University, Davenport University and Baker College "Untuk menjadi seorang guru abad ke-21 yang efektif, guru harus terlebih dahulu memiliki keterampilan abad ke-21 yang siswa mereka diharapkan memilikinya. Dan, di samping untuk keterampilan, mereka harus dapat membantu semua siswa mereka memperoleh dan mengembangkan keterampilan abad ke-21." - Mamzelle Adolphine 5 . Mampu Membedakan Teknologi Efektif vs Teknologi Non-Efektif 13916706561155852990 "Anak usia sekolah yang jauh juah lebih mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi. Sistem pendidikan tidak perlu mengajar mereka bagaimana menggunakan teknologi ini, tetapi harus mengakui bahwa teknologi dapat membantu siswa belajar lebih banyak dan lebih cepat . Teknologi kelas juga dapat membuat lebih efisien penggunaan waktu guru, apakah itu dengan alat-alat untuk persiapan pelajaran, pelajaran presentasi, pelajaran umpan balik, penilaian tingkat pekerjaan rumah, penilaian , atau tingkatan. Guru abad ke-21 yang efektif akan memerlukan kemahiran dalam menilai penggunaan terknologi edukatif dan non-edukatif - teknologi yang tersedia untuk mereka dan siswa mereka di sekolah dan di rumah . Potensi rendah teknologi adalah potensi mereka untuk non-produktif menggunakan waktu -buang waktu dan sumber daya meskipun keuntungannya adalah signifikan jika digunakan dengan benar . " - Doug Hatch, president & CEO, Core Learning Sumber - Kebagusan, Gedong Tataan - Pesawaran, 6 Pebruari 2014 Lihat Pendidikan Selengkapnya
C Peranan guru. Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk pendidikan, yaitu : learning to know, learning to do, learning to be
In answering the fourth industrial revolution era, basic Islamic education institutions did not adequately apply old literacy reading, writing, arithmetic, but had to apply new literacy data literacy, technology literacy and human resource literacy or humanism. This article discusses the challenges and opportunities of basic Islamic education in the era of the fourth industrial revolution. Strengthening new literacy in Islamic elementary education teachers as a key to change, revitalizing literacy-based curriculum and strengthening the role of teachers who have digital competencies. The teacher plays a role in building competency generation, character, having new literacy skills, and high-level thinking skills. Islamic elementary education as a basis for determining intellectual, spiritual, and emotional intelligence in children must strengthen 21st century literacy skills. Start creative aspects, critical thinking, communicative, and collaborative. Islamic elementary education is urgently needed to strengthen new literacy and revitalize digital-based curriculum. Curriculum revitalization refers to five basic values of good students, namely resilience, adaptability, integrity, competence, and continuous improvement. Islamic elementary education educators must be digital teachers, understand computers, and be free from academic illness. The goal is to realize high competency generation, character and literacy to answer the challenges of the fourth industrial revolution era.
5dpcB.
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/135
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/99
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/453
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/34
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/422
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/378
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/81
  • 98c5t4wjc0.pages.dev/23
  • karakteristik guru abad 21